Laman

Sabtu, 16 April 2011

TEORI EKONOMI MIKRO

BAB I
TEORI PERILAKU KONSUMEN
Di pasar ada satu kekuatan yang sangat kuat dalam mempengaruhi permintaan
barang atau jasa yaitu perilaku konsumen yang ada dalam pasar. Oleh karena itu
jika ingin melihat kekuatan yang ada di pasar, harus mengetahui terlebih dahulu
perilaku konsumennya. Di dalam mempelajari teori perilaku konsumen ada dua
pendekatan yaitu:
1. Pendekatan kardinal atau sering disebut teori nilai subjektif (subjective value
theory), dan
2. Pendekatan ordinal atau sering disebut dengan analisis kurva indiferen
(indifference curve analysis).

PENDEKATAN KARDINAL
Pendekatan kardinal dikembangkan pada tahun 1880-an oleh tiga ahli ekonomi
yang bekerja secara sendiri-sendiri yaitu: William Stanley Jevons dari Inggris, Karl
Manger dari Austria dan Leon Walras dari Perancis.
Dalam mempelajari perilaku konsumen, ada dua pendekatan yang biasa
digunakan. Pertama adalah pendekatan kardinal atau lazim disebut dengan teori
nilai subyektif (subjective value theory), sedangkan pendekatan yang kedua
adalah pendekatan ordinal atau dikenal dengan analisis kurva indiferen
(indifference curve analysis).
Pendekatan kardinal dikembangkan pada tahun 1880-an oleh tiga ahli ekonomi
yang bekerja secara sendiri-sendiri yaitu: William Stanley Jevons dari Inggris, Karl
Manger dari Austria dan Leon Walras dari Perancis. Pendekatan ini menyatakan
bahwa utilitas adalah kepuasan yang diperoleh konsumen dari pemakaian barang
dan jasa yang dinyatakan dalam angka kardinal. Utilitas menurut pendekatan ini
terdiri dari utilitas marginal (marginal utility) dan utilitas total (total utility).
Utilitas marginal didefinisikan sebagai perubahan utilitas total yang disebabkan
oleh adanya perubahan konsumsi suatu barang sebanyak satu unit per-satuan
waktu tertentu. Jika utilitas total menyangkut kepuasan menyeluruh dari
penggunaan beberapa barang, maka utilitas marginal menyangkut perubahan
kepuasan akibat kelebihan penggunaan barang tertentu.
Pada kasus utilitas marginal untuk jenis barang yang tidak ada kaitannya dengan
penggunaannya (non related good) maka kepuasan terhadap suatu barang tidak
akan terpenuhi jika kita menggantinya dengan barang lain. Contohnya, kita ingin
membeli baju, namun karena sesuatu hal kita akhirnya membeli sepatu, sehingga
tingkat kepuasan kita tidak terpenuhi. Pada dasarnya semakin banyak jumlah
barang yang dikonsumsi pada waktu tertentu maka akan semakin besar tingkat
kepuasaan totalnya, namun dalam mengkonsumsi barang dan jasa, seorang
konsumen dibatasi oleh tingkat kepuasan konsumsinya. Jika konsumsi suatu
barang terus ditambah, namun pada batas tertentu penambahan ini tidak akan
meningkatkan kepuasan lagi, tetapi justru akan menurun, sehingga dapat
dikatakan bahwa pada batas tertentu tingkat kepuasan konsumen akan
mengalami titik jenuh. Ini dikenal sebagai konsep guna batas yang semakin
berkurang concept of diminishing marginal utility, artinya kenaikan daya guna
total utilitas marginal yang semakin berkurang.

Untuk mempermudah pembahasan tadi, kita dapat menggunakan analisis grafik
seperti pada gambar berikut ini :
Gambar 1
Kurva Guna Total
Jika semakin banyak jumlah barang X yang dikonsumsi maka guna batasnya (total
utility) semakin berkurang, seperti yang ditunjukkan oleh titik ADCE. Mula-mula
konsumsi berada di titik A, kemudian naik ke C dan mencapai titik puncak di titik
E. Pada titik ini tercapai kepuasan maksimum. Setelah mencapai puncak, tingkat
kepuasan kemudian menurun, sesuai dengan konsep kenaikan daya guna total
utilitas marginal yang semakin berkurang.
Ada beberapa asumsi yang digunakan untuk menurunkan grafik kurva
permintaan konsumen dengan pendekatan kardinal, yaitu :
1. perilaku konsumen adalah rasional, artinya pada tingkat pendapatan,
harga barang dan kondisi dan selera tertentu, konsumen akan berusaha
memaksimumkan konsumsinya
2. konsumen dapat mengukur tingkat kepuasannya secara kardinal dan
besarnya kepuasan marjinal dari suatu barang semakin lama semakin
kecil, dan
3. fungsi total kepuasan konsumen merupakan penjumlahan dari fungsi
kepuasan barang-barang yang dikonsumsinya.
Namun pendekatan kardinal ini jarang dipakai dalam analisis ekonomi karena
memiliki dua kelemahan yang mendasar, yakni: pertama, kepuasan diukur secara
kardinal (mutlak), padahal hal ini sulit dipenuhi. Kedua, kepuasan marginal dari uang bersifat konstan, padahal kenyatannya tidak demikian. Nilai subyektif uang
bagi konsumen tidak sama. Semakin banyak orang memiliki uang, nilai kepuasan
marginalnya semakin lama semakin berkurang. Misalnya Rp 50.000,- bagi orang
kaya nilai subyektifnya tidak sama dengan Rp 50.000,- bagi orang miskin.
PENDEKATAN ORDINAL (KURVA INDIFEREN)
Dalam pendekatan ini seorang konsumen tidak perlu menyatakan tingkat utilitas
yang ia peroleh dari set komoditi tertentu dengan unit kardinal. Anggapan yang
diperlukan hanyalah setiap konsumen dapat membedakan dari sekian banyak set
komoditi yang tersedia, set komoditi mana yang memberikan utilitas lebih tinggi,
sama atau lebih rendah tanpa harus menyatakan berapa lebih tinggi atau lebih
rendahnya. Jadi dalam pendekatan ini setiap unit konsumen hanyalah dituntut
dapat membedakan dari semua set komoditi yang ia hadapi, set mana yang lebih
dipilih, set mana yang lebih tidak dipilih, dan set mana yang sama saja relatif
dibandingkan dengan set-set komoditi yang lain. Dengan kata lain setiap unit
konsumen harus dapat menentukan daftar urutan preferensi (order of
preference) komoditi yang ada.
Syarat-syarat berikut harus dipenuhi (agar aturan yang dipakai selalu
bersesuaian) dalam membuat daftar urutan preferensi
1. Untuk dua set komoditi, misalnya A dan B, bila A memberi kepuasan yang
lebih besar dibanding B maka A harus dipilih dan bukan B (A is prefered to B);
dan begitu juga sebaliknya. Bila antara A dan B memberi kepuasan yang
sama, maka konsumen sama saja dapat memilih A dan B (A and B are
indifferent).
2. Bila harus A dipilih dan bukan B, sedang B harus dipilih dan bukan C, maka A
harus dipilih dan bukan C. Jadi dalam menentukan preferensi, berlaku
hubungan yang bersifat transitif.
3. Bila set komoditi A terdiri dari unsur-unsur yang sama dengan B, sedangkan
untuk setiap unsurnya set A lebih besar dari B (A is srictly larger than A) maka
A harus dipilih dan bukan B. Tetapi bila hanya sebagian unsur-unsur saja yang
lebih besar sedang unsur-unsur yang lain lebih kecil atau sama, maka tidak
dapat dikatakan begitu saja bahwa A harus dipilih dan bukan B.
Misalnya hanya ada dua barang konsumsi, yaitu X (= beras) dan Y (= kain).
Preferensi seorang konsumen terhadap kedua barang tersebut digambarkan
seperti dalam Tabel 1. Menurut aturan penentuan preferensi, maka set komoditi
A harus lebih dipilih dibandingkan dengan set-set yang lain (set A terdiri dari
jumlah X dan Y yang kedua-duanya lebih besar dibanding dengan set-set yang
lain). Set komoditi B dianggap memberi kepuasan yang sama dengan set C.
Dalam hal ini, konsumen bersedia menerima Y dalam jumlah yang lebih sedikit,
bila ia mendapatkan jumlah X yang lebih besar sebagai gantinya. Set komoditi C
lebih dipilih dibandingkan dengan set komoditi D (set D terdiri dari X dan Y yang kedua-duanya lebih sedikit dibanding set C). Set D, E, dan F dianggap ketigatiganya
sama saja (indifferent). Akhirnya E lebih dipilih oleh konsumen dibanding
dengan G, karena set G terdiri dari jumlah X yang sedikit dan Y sama.  Lihat
Tabel 1 dibawah ini.
Tabel 1
Daftar Urutan dari Berbagai Set Komoditi
Set Jumlah X
(kg)
Jumlah Y
(meter)
Kedudukan
Dalam Urutan*)
A
B
C
D
E
F
G
55
50
40
35
25
18
20
25
23
29
25
30
40
30
10
8
8
5
5
5
3
Keterangan:
*) = Kedudukan dalam urutan (rank order) ini dinyatakan dalam angka-angka ordinal. Jadi
urutan-urutan seperti dalam tabel ini sama saja artinya dengan urutan angka-angka 100, 90,
90, 70, 70, 70 dan 60. Tetapi tidak sama artinya dengan urutan angka-angka 30, 25, 20, 17,
15, 13, dan 10.
Untuk memberi gambaran yang lebih jelas mengenai sifat hubungan antara
komoditi dan tingkat
utilitas yang dinyatakan dalam angka ordinal ini, akan diberikan contoh sebagai
berikut:
Misalkan Amat mengkonsumsikan barang X dan Y, utilitas yang diperoleh dari
dua barang tersebut dapat dinyatakan dalam suatu fungsi utilitas sebagai
berikut.
U = XY
Artinya, tingkat utilitas yang diperoleh Amat adalah merupakan hasil perkalian
antara jumlah X dan jumlah Y yang dikonsumsi. Amat akan mendapatkan 100
unit utilitas dari mengkonsumsi 10 unit X dan 10 unit Y. Ia juga akan
mendapatkan 100 unit utilitas dari mengkonsumsi 20 unit X dan 5 unit Y atau 100
unit X dan 1 unit Y. Dari ketiga macam set komoditi X dan Y ini Amat dalam
keadaan indiferen. Meskipun demikian, Amat jelas akan memilih salah satu dari
ketiga set tersebut bila dibandingkan dengan set komoditi yang terdiri dari 5 unit
X dan 5 unit Y. Karena berdasarkan fungsi tersebut di atas, set komoditi ini hanya
menghasilkan 25 unit utilitas, lebih rendah dibandingkan dengan utilitas yang
diperoleh dari salah satu ketiga set tersebut.
Dalam hal ini, karena fungsi utilitas (fungsi yang menunjukkan hubungan antara
utilitas dan set komoditi yang dikonsumsikan) dinyatakan dalam pengertian
ordinal, maka sebenarnya konsumen tersebut mempunyai beberapa bentuk
fungsi utilitas yang lain. Fungsi-fungsi yang lain tersebut misalnya.
V = (XY)2
Fungsi utilitas ini menggambarkan urutan preferensi (preference ranking) yang
tertentu dari Amat terhadap barang X dan Y. Set komoditi yang terdiri dari 10
unit X dan 10 unit Y memberikan 10.000 unit utilitas. Begitu juga mengenai setset
komoditi X dan Y yang lain, misalnya 5X dan 20Y atau 100X dan 1Y. Dengan
menggunakan fungsi utilitas yang kedua ini, hal yang perlu diperhatikan adalah
bahwa dari ketiga set komoditi tersebut konsumen juga dalam keadaan
indiferen. Jadi kedua fungsi utilitas tersebut di atas (U dan V) menunjukkan
bahwa Amat berada dalam keadaan indiferen di antara ketiga set komoditi
tersebut. Tetapi dalam hal ini V menunjukkan preference-ranking yang lebih
tinggi dibandingkan dengan U (V menunjukkan preference-ranking 10.000 sedang
U hanya 100). Di sini tidak diperlukan untuk mengatakan berapa perbedaan lebih
tinggi V terhadap U, karena dalam pengertian ordinal selisih perbedaan angka
tidak penting untuk diketahui (immaterial).
Fungsi utilitas ini dapat dilukiskan ke dalam sebuah grafik. Karena dalam fungsi
utilitas ini ada tiga variabel yaitu barang X, barang Y dan tingkat utilitas, maka
bentuk grafiknya berdimensi tiga dan sering disebut dengan bidang utilitas
(utility surface). Gambar 2. menunjukkan bidang guna OXZY. Bila konsumen
mengkonsumsi X sebanyak OX1 dan Y sebanyak OY1 per unit, waktu tertentu,
maka utilitas yang diperolehnya adalah PP . Sama halnya, bila konsumen
mengkonsumsi OX2 dan OY2, per unit waktu tertentu, maka utilitas total yang
diperolehnya sebesar QQ .
D
Gambar 2
Bidang Utilitas
Dengan tingkat konsumsi X tetap sebesar OX1, sedang jumlah Y berubah-ubah,
maka kurva EPRD menunjukkan utilitas total yang diperoleh konsumen pada
berbagai kombinasi tersebut. Bila jumlah Y yang dikonsumsi sebanyak OY1, maka
utilitas totalnya PP , jika konsumsi sebanyak OY2 maka utilitas totalnya RR (RR
lebih besar dari PP ), begitu seterusnya. Bila jumlah X yang dikonsumsi tetap sebesar OX2 per unit waktu tertentu, maka kurva FSQC menunjukkan utilitas
total yang diperoleh konsumen pada berbagai tingkat Y. Dengan jumlah Y
sebesar OY, maka utilitas total yang diperoleh konsumen sebesar SS , dan dengan
jumlah sebesar OY2 (OY2 lebih banyak dari OY1), maka utilitas total diperoleh
konsumen sebesar QQ (QQ lebih besar dari SS ). Analisis yang sama dapat
diterapkan juga untuk tingkat konsumsi Y yang tetap per unit waktu tertentu
dengan berbagai tingkat konsumsi X. Kurva GPSA menunjukkan utilitas total
yang diperoleh konsumen dengan tingkat konsumsi Y tetap sebesar OY dan
berbagai tingkat X. Sama halnya, kurva HRQB menunjukkan tingkat utilitas total,
bila jumlah konsumsi Y tetap sebesar OY2 dan berbagai jumlah X per unit waktu
tertentu.
Bidang utilitas seperti dibicarakan di atas sangat membantu dalam mempelajari
konsep garis utilitas yang sama besar (constant utility countour) atau yang sering
disebut juga kurva indiferen. Kurva ini merupakan basis dari teori perilaku
konsumen yang modern (ordinal). Konsep ini dapat dijelaskan dengan
menggunakan Gambar 3.
Gambar 3
Bidang Utilitas Dengan Utilitas Konstan
Gambar 3 adalah sebuah bidang utilitas OXZY seperti halnya Gambar 2. Bila
konsumen mengkonsumsi barang X sebanyak OX1 per unit waktu tertentu dan Y
sebanyak OY3, maka utilitas total yang diperolehnya sebesar RR’. Bila jumlah X
yang dikonsumsi lebih banyak lagi, misalnya sebesar OX2, dengan tingkat Y yang
sama, maka utilitas total yang diperoleh akan lebih besar. Dalam hal ini satu hal
yang perlu diperhatikan ialah adanya kemungkinan barang konsumsi yang satu
diganti (substituted) oleh konsumsi yang lain sebegitu rupa, sehingga utilitas total
yang diperolehnya tetap sama. Misalnya, jumlah X sebanyak X1X2 unit dapat
menggantikan Y sebanyak Y3Y2 tanpa mengubah tingkat utilitas yang diperoleh
konsumen, karena P dan R mempunyai tingkat utilitas yang sama. Bila tingkat
konsumsi sebesar OX1 dan OY3, maka utilitas total yang diperoleh konsumen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar